Assalaamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Konten Gaptek – Kesehatan adalah aset yang paling berharga, dan anugerah yang tiada tara. Jangan sampai kita menggadaikan kesehatan tubuh hanya untuk kenikmatan yang sementara. Banyak sekali jenis penyakit yang dapat menimpa manusia, baik itu penyakit yang berbahaya ataupun tidak berbahaya, dan menular ataupun tidak menular. Salah satu penyakit yang agak tabu di telinga masyarakat adalah penyakit Talasemia.
Apa Itu Talasemia?
Image Source: bisnis.tempo.co |
Sebenarnya
penyakit apa sih itu? Talasemia adalah penyakit
kelainan sel darah merah yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak dan
keturunannya. Penyakit Talasemia sendiri disebabkan karena berkurangnya ataupun
tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia, sehingga
menyebabkan sel darah merah mudah pecah dan menyebabkan pasien Talasemia
menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia).
20/05/2019
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) kembali menggelar pertemuan
dalam rangka memperingati hari Talasemia sedunia 2019 dengan tema “Putuskan
Mata Rantai Talasemia”. Bertempat di Aula Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi
Kemenkes RI Rasuna Said Kuningan Jakarta acara seminar tersebut
diselenggarakan.
Dengan
menghadirkan sekumpulan tokoh pembicara dan salah satu narasumber dari seorang
pasien yang mengidap Talasemia. Acara ini meningkatkan kesadaran masyarakat supaya
selalu bersyukur jika masih berada dalam sehat wal-afiat. Sebab dari penuturan
pasien Talasemia dia harus berjuang untuk terus hidup melawan penyakit
Talasemia dengan melakukan transfusi darah seumur hidupnya.
Mas Dona Rifana Seorang Pengidap Talasemia |
Yang
jadi pertanyaannya, kenapa orang bisa terkena penyakit Talasemia? Seperti pengertiannya
penyakit ini akan menjangkit ke dalam tubuh dikarenakan berkurangnya dan tidak
terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Talasemia menjadi
salah satu penyakit dengan kategori biaya pengobatan termahal, sebab sang pasien Talasemia harus
melakukan transfusi darah seumur hidupnya. Bahkan saking mahalnya di Indonesia
penyakit Talasemia termasuk penyakit ke-5 dengan pembiayaan termahal dari BPJS.
Saat
ini untuk pengobatan optimal, pasien Talasemia membutuhkan biaya pengobatan
sebesar 300-400 juta rupiah setiap tahunnya. Belum lagi biaya ini akan
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia pasien Talasemia.
Lihat
bagaimana mahalnya kan. Bayangkan saja,
jika tidak memakai BPJS. Berapa banyak uang yang akan dikeluarkan setiap melakukan transfusi darah,
tentu saja tidak sedikit bukan. Oleh sebab itu beruntung kita yang tidak
menderita Talasemia. Sekarang mari yuk sama-sama
kita putuskan mata rantai talasemia, salah satu caranya adalah dengan melakukan
deteksi dini. Sebab penyakit Talasemia ini sering menimpa seseorang, akan
tetapi dia sendiri tidak menyadarinya bahwa dirinya lah seorang pasien Talasemia. Sebab yang terlihat penderita
Talasemia itu kelihatan sehat-sehat saja layaknya orang normal.
Penurunan GEN Talasemia |
Penyakit
Talasemia kerap kali dianggap penyakit jenis baru, karena tergolong masih
sedikit penderita atau yang memiliki riwayat penyakit Talasemia. Talasemia
hanya dapat diderita dari faktor keturunan orang tuanya, dan tak bisa terkena
dari proses penularan. Jika tak diketahui, penyakit ini akan menjadi warisan untuk
keturunannya, Maka dari itu melakukan skrining sangat penting untuk mengetahui apakah
diri kita mengidap Talasemia atau tidak. Diantaranya dengan mengenali gejala
dan tanda daripada Talasemia tersebut.
Gejala dan Tanda Talasemia
Talasemia
dapat dikenali dengan berbagai ciri tanda dan gejalanya antara lain yaitu:
- Gejala Anemia
- Mudah Sakit (terkena infeksi)
- Perut Buncit (pembesaran limpa dan hati)
- Pucat dan Lemas
Begitulah
gejala dan tanda Talasemia, penyakit yang lumayan langka tetapi sudah ada di
Indonesia. Dari data yang ada, bahwa di tahun 2016 Indonesia memiliki jumlah
Pasien Talasemia Mayor sebanyak 9.121 yang tersebar di berbagai wilayah.
Macam-Macam Jenis Talasemia
Talasemia Mayor
Talasemia
mayor umumnya bisa diketahui sejak masih bayi, dengan gejala seperti pucat,
lemah, sering sakit, dan perut membuncit. Bagi penderita Talasemia Mayor ia
diwajibkan untuk transfusi darah seumur hidupnya, sekurang-kurangnya setiap 2-4
minggu sekali.
Talasemia Intermedia
Talasemia
jenis ini biasanya baru terdiagnosis pada anak dengan relatif yang lebih besar.
Berbeda dengan Talasemia Mayor, untuk Intermedia biasanya tidak membutuhkan transfusi
darah secara rutin.
Talasemia Minor
Talasemia
Minor/trait/pembawa sifat umumnya tidak bergejala dan terlihat normal saja,
namun saat melakukan pemeriksaan darah dapat ditemukan kadar Hb yang sedikit
dibawah normal.
Apakah Talasemia Dapat Disembuhkan & Dicegah?
dr Iswari Setyaningsih memaparkan tentang Talasemia |
Jika
pertanyaannya adalah apa dapat disembuhkan? Hingga saat ini Talasemia masih
belum dapat disembuhkan dan memiliki komplikasi yang banyak. Namun bukan
berarti karena tak dapat disembuhkan lalu membiarkan penyakit Talasemia begitu
saja. Bagi pasien Talasemia Mayor tetap harus melakukan penanganan transfusi
darah seumur hidupnya, hal ini supaya dia dapat hidup dan beraktivitas secara
normal.
Bukan
hanya itu saja, setelah melakukan transfusi darah pasien Talasemia harus
mengonsumsi obat khusus setiap harinya guna mengeluarkan zat besi yang
berlebihan dalam tubuh akibat transfusi darah.
Begitulah
Talasemia tidak bisa disembuhkan, namun masih bisa dicegah dengan cara
melakukan skrining dan dianjurkan skrining ketika menginjak usia remaja atau calon pengantin. Tujuan dari
skrining tersebut untuk mengetahui apakah pasangan pengantin tersebut memiliki
gen pembawa sifat Talasemia atau tidak.
Ibu
hamil juga dapat melakukan pencegahan dengan pemeriksaan khusus terhadap
janinnya saat masa kehamilan, apakah anaknya akan lahir dalam resiko terkena
Talasemia atau normal.
Dalam
acara tersebut disediakan skrining gratis bagi pengunjung yang datang, kalau
Kamu mau melakukan skrining juga bisa melewati Posbindu Penyakit Tidak Menular
(PTM), dan untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti analisa Hb dan hematologi
dapat melalui puskesmas atau rumah sakit terdekat. Semoga informasi ini dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit Talasemia dan semoga jumlah pasien
penyakit Talasemia di Indonesia bisa mengalami penurunan.